Kekasih untuk Malam
Lelaki itu menatap kosong ke angkasa menembus awan. Disapanya alam yang tampak akrab di sore nan cerah itu. Dedaunan melambai-lambai lembut. Sementara angin sepoi-sepoi berhembus melenakan mata. Burung-burung pun tak mau ketinggalan memeriahkan suasana. Seperti mengejar mentari, berduyun- duyun mereka terbang ke barat. Karenanya jualah hari mengabarkan mentari segera permisi.
Tapi keakraban di sore itu tak dapat menutupi kegelisahan hati lelaki itu. Dari raut mukanya terlihat jelas kegundahan yang merayap di hatinya. Tatapan matanya penuh selidik. Seringai muka dari wajahnya menjelma saat sang senja menyapa, Ia begitu iri dengan mega-mega yang berarak mengiringi kehadiran senja. Namun senja yang memang dinantinya hanya tersenyum penuh keramahan menyambut kehadiran lelaki itu. Tanpa seperti dipaksakan sang senja yang tampak begitu anggun di sore itu menyapa lelaki berambut ikal yang tetap saja termangu menatapnya.
“Ada apa kau menemuiku?” senja mengawali pertemuan itu dengan pertanyaan penuh senyuman.
Lelaki itu hanya tersenyum seakan dengan senyum cukuplah sebagai jawaban baginya. Ditariknya nafas dalam-dalam dan dihembuskannya perlahan.Udara yang dihirupnya turut terengah-engah mengiringi degup di dada, sedang matanya ke langit menatap siluet senja yang melukiskan hari beranjak malam. Tatapannya tajam menerobos jauh membelah udara menembus gumpalan awan putih di ufuk barat yang memerah. Pandangannya seibarat anak panah yang terlepas dari busurnya, begitu cepat tapi tak pernah sampai pada titik tertentu.
Baca selengkapnya »