20 Maret 2009

Nguap

Nguap
Hampir tiga jam aku hanya bisa berbengong diri tak bisa memikirkan apa yang mesti kutulis. Mataku sebenarnya sudah terkantuk-kantuk hingga hendak kurebahkan diriku melayani keinginan mata. Tapi enggan rasanya jika harus kuturuti, juga akibat fikiran-fikiran yang berkecamuk dalam otak silih berganti dan berubah-ubah tak tentu. Indah dan suram pun tak dapat ku pisahkan. Ketika keinginanku memburu ingin cepat selesaikan segala apa yang kuingin. Perasaan terus memburu, terburu-buru mungkin itulah kesanku.

Entah apalagi yang mesti kutulis, aku jadi bingung sendiri. Hanya sepi seperti kata Ikke Nurjannah. Ah... dari pada bingung cari-cari tema apa yang mesti kutulis mendingan kulanjutkan saja rencana cerpenku yang kemarin. Namun lagi -lagi aku bingung, apa yang mesti kutulis. Kusulut setengah batang kretek sisa habis makan tadi. Siapa tahu aku dapat ide atau juga inspirasi. Nah... makbul juga akhirnya, he... he...he.....

Di kamar sebelah kusaksikan kawan juga sedang nulis. Malam minggu yang membosankan, tapi dari pada bengong mending nulis. Nulis apa kek, cerpen, opini, atau luapan-luapan yang penting nulis, kan lebih bermanfaat. Suara motor di jalan membuat bising di tengah malam, aku hanya bisa misuh-misuh. Tak harus kutulis apa yang keluar dari mulutku, kurasa kau pun tahu atau jangan-jangan kau akan mengatakan hal yang sama yaitu satu kata, atau tepatnya kata itu adalah nama seekor ....... (aku yakin kau akan mengaggukkan kepalamu, dan cobalah tersenyum sedikit aja kalau tebakanku betul...?) pasti tahu ( itu nama lauk makan favoritku, termasuk juga tempe).

Nah..., aku jadi bingung lagi apa yang mesti kutulis. Aku menguap beberapa kali, kurasa mataku sudah cukup berat....mending bo-bo’ ah, siapa tahu (eh..., tempe lagi) mimpi dapat ‘kedelainya’ Aur***ih. Lumayan nambah gizi, bisa dibuat tahu bacem. “Haaae....p”

Jogjakarta, Maret '09


My Google+

Masih dengan penuh sandiwara aku pun berpura-pura menganggap dirimu sudah terlelap, karena itu juga yang kau harapkan. Aku tahu kau akan bangkit dari baringmu dan menatap langkahku di kejauhan dengan cibirmu yang penuh dendam, aku yakin kau ingin mengejarku. Tapi kau tetap diam. Ah.. sandiwaraku pasti yang lebih meyakinkan.